Wednesday 7 January 2009

BERDIKARI Sebagai Upaya Memperbaiki Perekonomian Indonesia

Berdiri di atas kaki sendiri disingkat BERDIKARI atau berswasembada merupakan istilah yang terkenal di zaman pemerintah Republik Indonesia dipimpin presiden Soekarno sekitar tahun 60-an. Dengan cara ini kita berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang kita miliki.

Akibat terlilitnya hutang negara yang sangat besar maka usaha ini akan memerlukan keterlibatan berbagai pihak untuk hidup lebih sederhana. Bahkan mungkin bisa dikatakan miskin bersama-sama. Mari kita makan apa adanya. Segala macam upaya import baik barang konsumsi mau pun barang produksi dihindarkan namun upaya ekspor sedapat mungkin ditingkatkan. Hal ini semata guna menghemat devisa yang semakin lesu saja.

Kita memiliki tanah air yang dapat dibudidayakan melalui agroindustri dan agrobisnis. Teknologi yang digunakan pun sedapat mungkin dari teknologi yang kita miliki. Suku cadang untuk memperbaiki berangsur-angsur harus dibuat di dalam negeri. Tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan.

Kita pernah unggul di Asia Tenggara ini beberapa tahun silam. Karenanya keunggulan itu harus kita kejar dengan semangat seperti India atau Republik Rakyat Tiongkok.
Memang kita telah terlanjur ketinggalan dibandingkan India dan Tiongkok. Namun jika tidak dari sekarang pemerintah memaksa rakyat untuk BERDIKARI tampaknya ketinggalan itu akan semakin jauh saja.

Kita jangan silau atau mau mencontoh Singapura mau pun Hongkong sebab Singapura atau Hongkong adalah negara kecil yang hanya bisa sukses kalau mereka bertindak sebagai calo atau makelar. Negara kita yang luas dan penduduk yang 200 juta lebih tidak mungkin menjadi calo atau makelar semuanya. Siapa yang akan dimakelari atau dicaloi ?

Yang boleh dicontoh adalah negara India, Tiongkok, Korea, USA, atau Jepang. Untuk mengejar mereka tentu tidak mudah bahkan hampir mustahil. Namun pemerintah harus meniru cara-cara mereka meraih sukses.

Kita harus menggali segala sumber daya yang kita miliki dengan tangan dan kaki kita sendiri.Kalau kita mengandalkan hutang luar negeri nantinya kita akan semakin menjadi negara jajahan. Walau pun pada saat ini hanya dijajah secara ekonomi namun di era global nanti kita akan dijajah kembali baik secara ekonomi mau pun secara fisik. Kita akan kembali dijajah seperti sebelum tahun 1945 yang lalu. Harus kita buktikan bahwa kita ini mampu. Kata-kata bahwa kita tidak mampu itu hanya ungkapan para pejabat di zaman orde baru yang lalu yang ingin berkuasa lebih lama.

Pendidikan bisa dipersingkat utamanya untuk berbagai bidang ilmu yang hanya bersifat doktrin (seperti P4) dikurangi atau bahkan ditiadakan. Kehebatan Universitas atau Institut terkemuka bukan sepenuhnya disebabkab oleh lembaga pendidikan tersebut tetapi lebih banyak disebabkan oleh kualitas mahasiswanya. Artinya mahasiswa atau siswa yang hebat bisa belajar mandiri untuk lebih cepat menggeluti bidang pekerjaan yang diminati sehingga bangsa kita lebih produktif.

Pemerintah cukup menyediakan lembaga independen untuk melakukan ujian persamaan bagi mereka yang tidak mungkin meluangkan waktunya untuk belajar di sekolah konvensional.
Dengan materi ujian yang komprehensif akan memperoleh lulusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Biarkan lembaga pendidikan dibuka lebar-lebar. Pemerintah cukup melakukan pengawasan baik pelaksanaan pembelajaran atau ujian. Ujian persamaan yang dilakukan pemerintah untuk institusi yang belum diakreditasi atau mereka yang belajar mandiri agar dibuat secara komprehensif pula.

Dengan sumber daya manusia yang cepat kerja[bukan 'siap-pakai'] diharapkan menghasilkan produk yang berkualitas dan laku di pasar. Secara bertahap diharapkan produknya laku di luar negeri sehingga menambah devisa negara. Dengan cara ini diharapkan perekonomian akan membaik.

Senyampang kita berswasembada, hutang-hutang kita dari luar negeri dilakukan lobby untuk dibebaskan dari bunga atau bahkan diputihkan, andaikata tidak mau dicicil secara berkepanjangan.

Negara kita negara yang besar sehingga tidak mungkin ada negara yang tidak memerlukan kita. Negara Tiongkok saja yang penduduknya terbesar di dunia sudah beramai-ramai merayu kita untuk membeli produk-produknya. Jangan khawatir bahwa negara kita akan dikucilkan dunia. Akan rugi negara-negara yang tidak mau berurusan dengan kita. Paling tidak negara kita merupakan pangsa pasar yang masih menjanjikan.
Karenanya ketakutan bahwa kita akan diisolir dari negara lain tidak perlu ditakutkan.
Ketersediaan aneka ragam sumber daya di negara kita membuat kita harus tekun memanfaatkan guna memperbaiki perekonomian kita.

Jangan mengandalkan hutang-hutang luar negeri. Sebab kedatangan hutang-hutang luar negeri sangat menggiurkan untuk disalahgunakan oknum pejabat. Apalagi negara kita yang miskin ditambah krisis yang berkepanjangan.

Untuk itu hindarkan bahkan upayakan untuk tidak berhutang kepada luar negeri. Marilah kita bersama-sama menikmati apa yang kita miliki dan memanfaatkan untuk semaksimal kemakmuran rakyat bersama.

[Sumber:kusuma@plasa.com]