Wednesday 17 August 2011

John Tafbu Ritonga: "'Emerging economy' jangan dibanggakan"

WOL, MEDAN - Pengamat Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU), John Tafbu Ritonga, mengatakan, kondisi Indonesia yang menjadi "emerging economy" atau negara yang memiliki potensi ekonomi besar tidak layak dibanggakan karena bukan berdasarkan kemampuan teknologi, melainkan karena karunia Tuhan.

"Memang harus disyukuri tetapi jangan terlalu dibanggakan," katanya di Medan, Selasa, menanggapi isi pidato kenegaraan Presiden Yudhoyono dalam rangka HUT ke-66 Kemerdekaan RI yang menyebutkan Indonesia sebagai "emerging economy".

 Menurut John Tafbu, potensi ekonomi Indonesia besar karena memiliki penduduk yang sangat banyak dengan tanah yang subur dan mempunyai sumber daya alam (SDA) yang melimpah.

Dengan kesuburan tanah dan SDA yang ada itu, rakyat bisa mengolahnya untuk memberikan hasil. "Jadi, semua karena karunia Tuhan. Tanah kita subur dan rakyatnya banyak karena leluhur kita banyak melahirkan anak," katanya.

Kemudian, kata dia, Indonesia juga tidak layak membanggakan diri dengan komoditas dalam negeri yang memberikan hasil banyak karena lebih disebabkan naiknya harga di pasaran internasional.

Selain itu, komoditas yang dihasilkan Indonesia seperti minyak sawit, karet, dan kopi diminati luar negeri karena banyak negara internasional yang tidak mampu memproduksinya."Kalau pun mereka memproduksi sawit sendiri, cita rasanya benda dengan milik Indonesia," kata Dekan Fakultas Ekonomi USU itu.

 Bahkan, kata dia, emerging economy yang dilekatkan kepada Indonesia semakin tidak layak dibanggakan karena faktor alam, bukan dari kemampuan dan penguasaan teknologi. Emerging economy yang dilekatkan ke Indonesia berbeda dengan yang disematkan kepada China dan India yang lebih berpatokan pada kemampuan dan penguasaan teknologi.

Dengan pengetahuannya, China dapat membuat produk yang mampu diterima di negara lain, termasuk Amerika dan negara maju lainnya meski mereka memiliki produk yang sama. "Beda dengan Indonesia. Sawit kita dibeli karena mereka tidak punya sawit," katanya.

 Sebelumnya, melalui pidato kenegaraan menyambut HUT Kemerdekaan RI pada sidang paripurna bersama DPD dan DPR RI di Gedung Parlemen di Senayan Jakarta Presiden Yudhoyono mengatakan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan skala ekonomi terbesar di Asia Tenggara.Bahkan, banyak pihak menyebut Indonesia sebagai emerging economy, bukan ekonomi dunia ketiga yang selama lebih dari 60 tahun selalu diasosiasikan dengan negara kita.

Saat ini, kata Presiden, Indonesia juga memiliki peluang yang sangat baik untuk menjadi salah satu negara dengan skala ekonomi sepuluh terbesar di dunia, dalam dua sampai tiga dasawarsa mendatang.
 
Editor: PRAWIRA SETIABUDI

Komentar:
Negara kita rela menanggung ongkos kerusakan lingkungan hidup[LH] jangka panjang demi kemajuan ekonomi jangka pendek. Dalam hal ini pertanggungjawaban atas laba yang diperoleh dari rusaknya LH harus benar-benar sepadan dengan katalain jangan sampai 'pengorbanan' SDA kita itu tersia-sia! Tanamkan kembali atau reinvestasikan laba yang diperoleh untuk memperbaiki serta menciptakan alat-alat produksi alternatif guna memungkinkan perbaikan kondisi sosial-ekonomi-LH yang lestari[sustainable].