SUARA PEMBARUAN DAILY
------------------------------------------------------
Tajuk Rencana II
Pesta Jazz Membuka Mata Dunia
SEMINGGU terakhir ini, Jakarta benar-benar pesta jazz. Dimulai dari 19 konser di universitas, klub musik, kafe, mal, hotel, dan pusat hiburan dengan judul "Java Jazz on the Move", berakhir dengan digelarnya "Jakarta International Java Jazz Festival" (JIJJF) pada 3-5 Maret di Jakarta Convention Center (JCC).
Selama tiga hari, tak kurang 1.000 penyanyi dan musisi tampil. Mulai grup lokal yang sedang naik daun, Mocca dan White Shoes & The Couple Company, hingga yang sudah kondang seperti Patti Austin, James Brown, Dave Koz, Take 6, Incognito, Brand New Heavies, Kool & The Gang, dan Lee Ritenour. Tiket masuk harian Rp 350.000, belum termasuk pertunjukan khusus yang tiketnya Rp 150.000, laris manis terjual.
Semua orang berdecak kagum. Bagaimana tidak, di Indonesia yang belum pulih ekonominya, ada pesta musik jazz yang tak kalah besar dengan North Sea Jazz Festival di Amsterdam dan New Orleans Jazz and Heritage Festival di New Orleans, AS.
Bahkan beberapa orang yang sudah menghadiri dua pesta jazz di atas mengatakan, Java Jazz lebih hebat dan lebih besar. Lee Ritenour saat tampil bersama peniup saksofon, Gerald Albright, di Plenary Hall mengatakan, "Java Jazz Festival is the top, top, top, top jazz festival in the world."
KITA tentu bangga dengan pesta jazz tersebut. Perhelatan akbar yang menguras pikiran, tenaga, dan uang itu, sedikit banyak telah mengubah pandangan orang tentang Indonesia.
Musisi jazz legendaris, James Brown mengatakan, Java Jazz telah mengubah pandangan masyarakat di seluruh dunia tentang Indonesia. "Saya sangat bangga bisa tampil di Java Jazz".
Tetapi pekerjaan besar membuka mata dunia, seperti misi JIJJF, Bringing to the World to Indonesia, tidak berhenti sampai di sini. Sukses JIJJF hanya titik awal dari pembuka "kegelapan" yang melanda Indonesia hampir sembilan tahun terakhir. Kita tentu tidak mau berlama-lama dalam gelap. Mari kita sama-sama bahu-membahu menunjukkan kalau Indonesia "terang", supaya orang lain mau mendekat dan mau berteman.
Beberapa perusahaan milik negara, seperti Garuda Indonesia dan BNI, Pemerintah Provinsi DKI melalui program "Enjoy Jakarta", perusahaan swasta nasional dan internasional, telah membantu membuka tabir gelap Indonesia. Tentu pekerjaan itu akan lebih afdol jika pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, bisa berperan lebih aktif lagi dengan menjadikan JIJJF sebagai agenda resmi tahunan pemerintah. Mari kita bawa dunia ke Indonesia!
------------------------------------------------------
Last modified: 6/3/06
Sumber: suara pembaruan.com