Jumat, 07 Mei 2004 KEDU & DIY
Petani Terus-menerus Miskin
YOGYAKARTA-Indonesia adalah negara agraris. Sebagian besar penduduk, atau lebih dari 60%, mengandalkan hidup dari sektor pertanian. Padahal, rata-rata kepemilikan lahan pertanian, terutama di Jawa, kurang dari 0,3 ha.
Kepemilikan lahan sempit ditambah sistem pertanian yang masih mengandalkan masukan produksi tinggi menyebabkan petani berada dalam lingkaran kemiskinan tak putus-putus.
''Dengan pendapatan rendah itu, petani tak dapat menabung, meningkatkan pendidikan, dan keterampilan. Apalagi melakukan investasi untuk meningkatkan produksi,'' ujar Direktur Eksekutif Small and Medium Enterprises Development Centre (SMEDC) UGM Yogyakarta, Dr Ir Ali Agus DAA DEA.
Dia menyatakan perlu jalan keluar yang bijaksana dengan membangun paradigma baru sistem pertanian berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan.
Sistem itu diarahkan untuk memperpanjang siklus biologis dengan memanfatkan hasil samping pertanian dan peternakan. Yakni, setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomis.
Lahan Marginal
Diharapkan dalam sistem itu pemberdayaan dan pemanfaatan lahan marginal yang masih terbentang luas di seluruh Tanah Air dapat lebih dioptimalkan. Mencermati hal itu, SMEDC UGM yang didukung para konsultan yang ahli dan berpengalaman di bidang agrobisnis, ekonomi, dan sumber daya manusia menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan teknis manajemen mix-farming berbasis agrobisnis peternakan sapi.
Diharapkan dalam sistem itu pemberdayaan dan pemanfaatan lahan marginal yang masih terbentang luas di seluruh Tanah Air dapat lebih dioptimalkan. Mencermati hal itu, SMEDC UGM yang didukung para konsultan yang ahli dan berpengalaman di bidang agrobisnis, ekonomi, dan sumber daya manusia menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan teknis manajemen mix-farming berbasis agrobisnis peternakan sapi.
Pendidikan dan latihan itu diadakan di Inna Hotel Yogyakarta sampai dengan 7 Mei 2004. Peserta adalah pemimpin dinas pertanian/peternakan/tananam pangan daerah, dinas koperasi daerah, ketua bappeda, kepala bagian perekonomian daerah, pemimpin dan anggota DPRD, pemimpin dan staf PUKK/PKBL BUMN, serta calon pengusaha di bidang agrobisnis dan perbankan.
Narasumber Dr Ir Ali Agus DAA DEA, Prof Dr Soemitro Padmowijoto MSc (pakar mix-farming), Drh Tjandramukti (praktisi mix-farming), dan Prof Dr Ir Suhardi MSc (mantan Dirjen Kehutanan). (P12-86)
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA